Menjelajah Goa Tewet Di Kalimantan. Assalamualaikum
trip-er, apa kabar nih? Sudah lama ya
MariNGEtrip tidak posting ,hehe. Maaf ya
karena kesibukan di dunia nyata jadi adminya jarang posting lagi.hehe.
untuk postingan kali ini, Mari NGEtrip akan membagikan kisah perjalanana dari
salah satu teman bernama
Abdul Aziz yang NGEtrip menjelajahi hutan di
Kalimantan, mari simak ceritanya berikut ini.
Salam kenal semua member JELAJAH, semoga memberikan
inspirasi dan tetap menjadi penjelajah yg sadar lingkungan, thanks# . Menjelajah
menuju lukisan goa berusia 10.000 tahun, menembus hutan kalimantan dalam waktu
13 jam.
Akibat racun dari buku, INDONESIA, The World Treasure karya
Ebbie Vebri Andrian yang baru sampai rumah, ternyata ada gua menarik di
sangkulirang yang dekat dengan tempat tugas, setelah itu mulai mencari info
cara menuju goa tewet, the project start here.
Pas ada tugas lagi ke Sangatta, tiba tiba ada niat langsung
ingin mewujutkan proyek tersebut, dan perjalanan dimulai dari Sangatta (7 - 8
jam darat dari Balikpapan) menuju Hambur Batu, butuh waktu 2,5 jam menyopiri
sendiri dengan kondisi jalan lumayan bagus walaupun ada beberapa titik yang
longsor, Hambur Batu adalah desa kecil di tepi sungai Bengalon arah ke Muara
Wahau, sampai Hambur Batu langsung mencari rumah dekat sungai yang ada
perahunya, kebetulan langsung ketemu Pak Iyan (pemilik perahu) dan ngobrol
ngobrol tentang rencana ke Gua Tewet, agak kaget beliaunya karena saya
sendirian dan langsung ingin jalan menuju goa padahal hari sudah siang, setelah
sepakat segala sesuatunya rencana langsung berangkat jam 13.30 siang itu juga
dan rencananya akan menginap semalam, ada beberapa goa yang akan didatangi,
sepakat juga dengan harga 1 jt untuk untuk perahu include bensin dan 500 ribu
untuk pemandu 2 hari, karena harga tidak termasuk makan selama disana, maka
sebelum berangkat saya beli perbekalan untuk makan selama di hutan (mie, telur
dan air minum) dan rencana menginap di pondok pemandu yang ada dekat gua karena
saya tidak siap dengan perlengkapan berkemah.
Jam 13.30 berangkat, hanya berdua dengan motoris perahu
ketinting, baru satu jam perjalanan hujan deras mengguyur, untung dibawakan jas
hujan.
Selama perjalanan bayangan dan lamunan berganti ganti dari
ingatan waktu awal awal kerja 15 tahun lalu yang juga keluar masuk hutan
kalimantan, berganti dengan lukisan tangan yang konon berumur 10.000 tahun atau
malah keumur geologi batuan karst yang berumur jutaan tahun, kadang asyik
melamun tiba tiba lamunan pecah karena adanya buaya yang tiba tiba masuk ke
sungai, atau adanya burung rangkok yang terbang melintas, atau tiba tiba ada
teriakan berbagai jenis kera (dari yang unyu unyu seperti begantan atau yang
sangar seperti beruk), benar benar perjalanan yang menakjubkan dengan
pemandangan yang indah dan aroma hutan yang khas,
Setelah 2,5 jam berperahu, kami mampir ke gua pertama, info Pak Iyan gua pertama dekat sungai, hanya butuh waktu 10 menit untuk memasukinya, sedangkan rencana camp di dekat gua yang paling jauh masih sekitar 2 jam an berperahu, diputuskan mampir ke gua pertama dulu, ternyata sudah ada plang penunjuk tempat, GUA CAGAR BUDAYA TEWET, ya ini tujuan utama saya, sempat ragu lokasi dekat sungai, karena dari study google sebelumnya lokasinya susah karena terjal,
Motoris ternyata belum pernah sampai gua, biasanya hanya
menunggu di perahu dan ada temannya yang mengantar naik, tetapi karena temannya
yang biasa mengantar posisi masih jauh di hulu, maka bersama motoris berusaha
mencari jalan bekas menuju gua, ternyata bekas jalan kelihatan dan mudah
diikuti, perjalanan habis hujan ternyata sungguh menguras tenaga dan mental,
jalan yang terjal, ada yang 90 derajat dengan ketinggian 6 - 8 m dan pakai
akar2 pohon dan pegangan batu batu terjal untuk bisa naik, yang gemuk dan
tenaga lemah dijamin kesulitan menempuh jalur ini, Tiba tiba musibah datang,
sandal yang saya pakai putus, terpaksa di tinggal dan memanjat tanpa alas, untuk
jalan kelihatan lebih enak tanpa sandal karena memanjat tebing terjal memamg
enak tanpa sandal, apalagi habis hujan jalan menjadi licin, tetapi sangat tidak
disarankan klau tidak terpaksa, dijamin banyak lecet kena batu batu yang
runcing.
Ternyata 10 menit seperti kata Pak Iyan tidak terbukti,
hampir 40 menit perjalanan menguras tenaga baru sampai gua 1 (gua tewet?),
berbekal foto referensi, sepertinya guanya sama dengan gua yang ada di
referensi, tidak salah lagi, tetapi yang membuat agak ragu adalah tidak
kelihatannya gambar gambar tangan purba di dinding gua, tetapi saya nyakin ini
gua tewet, guanya tidak terlalu lebar, sekitar lebar 6 meteran dan dalamnya 3
meteran saja, dari rabaan di atas gua, sepertinya gambarnya tertutup seperti
tepung lengket, mungkin karena baru musim penghujan dan lembab, sehingga gambar
gambarnya tidak kelihatan, agak kecewa sebenarnya, tetapi saya tidak berani
membersihkan kotoran takut merusak situs tersebut.
Selama saya istirahat mengembalikan nafas dan juga explore
gua, motoris naik mengikuti jalan setapak lagi dan di infokan diatas ada gua
yang lebih besar, mungkin lebarnya ada 50 meteran tetapi juga tidak dalam,
hanya sekitar 10 meter, tetapi sangat tinggi langit langitnya,
Antara mau lanjut ke atas atau tidak karena sudah sangat
capek, tas kamera yg hanya berisi 1 dslr dan 1 pocket sungguh telah seperti
membawa 1 kwintal beras, tetapi akhirnya saya tetap lanjutkan naik, ternyata
butuh waktu sekitar 15 menit sampai atas, dan ternyata benar, guanya besar
tetapi juga tidak menemukan gambar gambar di dinding secara jelas, ada sedikit
yang mendekati gambar telapak tangan, sepertinya tertutup tepung putih seperti
gua di bawah, ada yang benar benar seperti tepung tetapi kalau basah seperti
tepung lengket, tetapi yang mengobati kekecewaan tidak melihat cap tangan
adalah pemandangan yang indah di gua tersebut, karena gua diatas tebing tinggi,
kita bisa melihat hutan bengalon yang masih asli tanpa batas, setelah ambil
beberapa foto, yang menarik adalah digua ini seperti setting film Kingkong.
Tepat jam 17.15 kami turun kembali ke perahu, ternyata turun tidak semudah yang
dibayangkan, beberapa kali saya terpaksa di tahan dan pegangan sama pemandu
karena jalannya licin, sungguh perjalanan yang menantang dan penuh resiko,
beberapa kali hampir jatuh dan istirahat untuk menjaga keseimbangan dan sekedar
mengatur nafas.
Tepat jam 18.15 wita kami sampai di perahu, setalah makan
nasi bekal yang kami bawa, atas sesuatu hal, saya putuskan tidak melanjutkan
perjalanan dan bermalam di gua berikutnya, kami akan langsung kembali ke Hambur
Batu, perjalanan malam ke hambur batu sungguh asyik, bisa melihat hewan hewan
yang mulai istirahat di pohon pohon tepi sungai, semakin malam langit biru
mulai berubah menjadi hitam dengan hiasan ribuan bintang, so amazing.
Untungnya ketintingnya sudah dilengkapi lampu untuk
perjalanan malam dan motoris sudah hapal lika liku sungai bengalon, perjalanan
kembali ke Hambur Batu lebih cepat, karena mengikuti arus sungai, tepat jam
20.15 kami sampai rumah Pak Iyan lagi dengan selamat, dan karena hanya 1 hari
PP saja, uang yang sudah saya kasihkan dikembalikan 500 ribu, sungguh kearifan
lokal masih ada di daerah ini. Setelah ngobrol ngobrol sebentar dan bersih
bersih, akhirnya saya pamit untuk balik ke sangatta lagi, masih ada 2,5 jam
lagi nyobir sendiri ke sangatta, dan ternyata dapat bonus satu ekor pacet di
kaki yang baru ketahuan setelah sampai sangatta karena darahnya mengental
banyak di celana dan bekas gigitan.
Jadi apakah sebanding perjalanan darat 2.5 jam, lalu berperahu
2,5 jam dan trekking 1,5 jam manjat manjat menguras tenaga untuk sampai gua? PP
jadi 13 jam jalan sendirian? Waktu yang akan menjawab nantinya.
Itu dia kisah NGEtripnya Mas Aziz, seru ya..gimana trip-er tertarik untuk NGEtrip ke Gua
Tewet juga?? Mari NGEtrip dan terus lestarikan keindahan alam dan wisata
Indonesia.